What’s the meaning of success


What’s the meaning of success?

If we have got a cumlaude and graduated from the college.

Is that called success?

If we have got some work with a high salary and prestigious company.

Is that called success?

If we have got married with someone prefect, beautiful or handsome, shalih or salihah. Everybody had admire to married him/her.

Is that called success?

If we are famous because of our achievement’s, we are some kind of socialist,  everybody know and respect for us.

Is that called success?

If we have a lot of money and we can buy everything in this world. Everything.

Is that called success?

We are a Muslim.

We have to know.

What’s the meaning of success for Muslim.

You can open surah

Al-mu’minuun 1-8

Mukmin yang khusuk dalam sholatnya.

In another ayah from surah al baqarah we had found

Sesungguhnya shalat itu berat bagi orang2 yg khusyuk.

That’s called success.

-inspired by listening nouman Ali khan

If there’s any fault from the sentences , please correct.

Hatur tengkyu

Janganlah kalian khawatir~ tafsir surat thahaa


surat thahaa. ada yang tau artinya thahaa? ayat pertama pada surat thahaa?

tidak ada yang tahu kecuali Allah saja, walaupun al-qur’an berasal dari bahasa arab, namun tetap saja manusia pengetahuannya terbatas. Allah memberi isyarat tentang ‘ketidaktahuan’nya manusia pada beberapa ayat dalam al-qur’an. manusia masih jauh dari ilmu. Allah yang Maha berilmu dan Maha Mengetahui semuanya.

manusia terlahir dalam keadaan yang tidak mengetahui apapun. namun kemudian ia belajar untuk bergerak dari ketidaktahuan menjadi tahu.

dijelaskan dalam quran surat thahaa ayat 10 kisah nabi musa as.

nabiyullah musa as. setelah mengabdi selama 10 tahun ditempat mertuanya. kemudian memutuskan untuk berpindah tempat. saat perjalanan nabi musa as. melihat sumber cahaya seperti api , lalu berkata pada keluarganya “tunggulah disini,mudah-mudahan aku dapata mengambil sebagian untuk kalian atau aku akan mendapat petunjuk”. kemudian nabi musa as. memperhatikan, mendekati dan menjadi lebih dekat lagi dengan sumber cahaya atau api tersebut. “ataha” —> perlahan mendekati.

apakah sumber cahaya itu ?

Alqur’an. 

kita sudah mengetahui bahawa Al-quran itu merupakan petunjuk bag orang beriman. namun seberapa dekatkan kita dengan al-qur’an? apaka kita membacanya setiap hari? apakah kita punya cita-cita menghafalkannya 30 juz dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari?

tafsir QS al anfal :23 “sekiranya Allah mengetahui dalam diri mereka terdapat kebaikan, Allah akan memberi mereka jiwa yang lembut (sensitif)” 

jiwa (penuhi jiwa kita dengan input yang baik) ——-> keinginan —-> melakukan

bagaimana proses nabi musa as. mendekati sumber cahaya dengan perlahan. berasal dari keinginan, keingintahuan dan kemudian perlahan mendatanginya / dilakukan. pada tafsir ayat ini , artinya adalah kita harus berusaha mengakrabkan diri dengan al-quran dan mengambil sebagian hikmah untuk keluarga kita (keluarga yang paling utama). dan hal itu dilakukan dengan perlahan tapi semakin bertingkat. misalnya tadinya ngaji se-juz perhari, naikin jadi 2 juz perhari, terus ditambah hafalannya setiap hari. al-qur’an merupakan sumber ilmu yang di ibaratkan sebagai lautan yang tak pernah bertepi.

interaksi dengan al-qur’an itu bagian dari secercah kecil cahayanya saja  kita akan mendapatkan pertolongan dan pentunjuk dari Allah untuk berbagi permasalahan .ketika nabi musa sudah dekat dengan sumber cahaya itu, kemudian Allah memangilnya “wahai musa!”

kemudian contoh dari kedekatan nabi musa dengan Allah juga terdapat dalam surat thaha ayat 18 : nabi musa selalu ‘mencurhatkan’ semua permasalahannya dengan Allah tidak terkecuali urusan tentang tongkatnya yang menjadi mukjizat nabi musa as.

sebenarnya, ketika kita sedang bersama dengan Al-qur’an, Allah sedang mengobrol dengan kita, sehingga Al-qur’an itu menjadi sesuatu yang hidup dan menghidupkan jiwa kita. dekat dengan al-qur’an juga merupakan upaya untuk membersikan jiwa  dan diri dari dosa juga penyakit hati. ketika seseorang berlama-lama dengan qiyamul lailnya (sholat malam) sejam-duajam-tigajam.  apa yang ia baca ? bukankan al-qur’an, kualitas shalat nya semakin baik karena semakin dekat dengan al-qur’an , semakin dekat pula-lah dengan Allah.

semakin dekat dengan Allah, tentu saja ujian yang dialami pun aka semakin berat bahkan seperti kisahnya nabi musa as. gambaran permasalahan hidup yang berat adalah seaka-akan mentok. sudah tidak ada jalan lain. bagaikan di depannya ada laut dan dibelakangnya ada pasukan fir’aun. tapi ?? apa kata Allah. mudah bagi Allah untuk menjadikan tongkat nabi musa as. membelah lautan. janganlah khawatir selalu ada jalan jika kita bersama dengan Allah 🙂

-jalasah ruhiyah

laba-laba salting


“ayo, lempar kesini cepet” kata robi
rafi yang sedari tadi mengumpulkan batu-batu berukuran kecil kemudian secepatnya ia melesat berlari kearah robi. dua bocah berusia 4 tahun itu memungut batu ditangan rafi dan melemparkannya kearah pagar. disana terdapat sarang laba-laba, dengan laba-laba berukuran cukup besar, sekepalan tangan orang dewasa.
“pergi kamu! laba-laba jahat!” teriak rafi, tangannya yang mungil menunjuk-nunjuk ke arah laba-laba.
aku memperhatikan mereka, kemudian menghampiri, memeluk berjongkok di depan mereka dan menggenggam tangan dua bocah imut itu.
“waaah, apa ini? batunya buat apa?” ujarku dengan muka so’ heboh
“itu bu, ada laba2 item, musuhnya spiderman. jahat” jawab robi
“perasaan warnanya merah….”bantah rafi
“ya, pokonya laba-laba jahat..” timpal robi
“eh.bunda punya cerita tentang laba-laba… ingin dengar ga?” ujarku
tanpa mendengar jawaban “ya” dari mereka. aku langsung menerobos bercerita. “Dulu, nabi kita muhammad saw. pernah ditolong waktu dikejar-kejar musuh,,, pada saat dikejar kaum kafir quraisy…. muhammad saw….”
“siapa muhammad ? ” rafi memotong ceritaku dengan pertanyaan
aku tertegun. pelan-pelan ku jawab “nabi muhammad saw. itu yang paling hebat. jadi teladan kita, apa yang nabi lakukan kita ikuti juga..” *dalam hati…semoga rafi mengerti dengan penjelasanku.
“nah, lanjutin lagi ya… waktu nabi dikejar musuh, kemudian dia lihat ada gua..kemudian masuk kedalamnya dan berdoa’… Allah mengabulkan doa’ nabi muhammad…ternyata ada laba-laba bikin sarang yang besaar sekali di depan pintu gua.. pas musuhya mau masuk ke dalam gua.. ga jadi karena di depan pintu kan ada sarang laba-laba jadi ga mungkin masuk” panjang lebar aku bercerita
dua anak itu termenung. “oh, gitu…” .

tak berselang sekian detik kemudian mereka berlari lagi ke tempat semula dengan tetap ‘memerangi’ sarang laba-laba. aku menghela napas. namanya anak-anak, mereka mungkin tidak paham dengan ceritaku, akunya terlalu berat kata-katanya, salah presepsi, atau mungkin terlalu sulit dicerna, atau terlalu cepat tadi ceritanya, atau…. “aha” kemudian aku ada ide lagi.
“rafi, sini deh…” kupanggil salah seorang diantaranya.
“menurut rafi, ngelemparin laba-laba bener atau salah?” tanyaku perlahan
“bener bun, soalnya itu kan laba-laba jahat, bisa gigit manusia!!” jawabnya tegas
“hmm… tapi kalau di lemparin gitu, laba-labany nangis nanti rumahnya dirusak…kalau rafi dilemparin batu kan rafi juga nangis.. laba-labany jugsea karang lagi sedih..” kataku
“hah? engga, rafi ga akan nangis..sok aja bunda lempar batu ke rafi sinii..huh!” jawabnya sambil agak marah gitu.
aku jadi serem kalau anak kecil udah marah gitu.
“ya sudah deh, gaapa-apa.. silahkan lanjut ya..” aku menjawab dengan nada pasrah.

2 hal tadi yang kulakukan adalah tips2 memahami jiwa anak yang kubaca dari buku. kemudian baru saja ku praktekan di sekolah. dari bacanya sih keliatannya gampang. tak kusangka sesulit ini konflik yang terjadi di lapangan. anak masih belum mau menurut.

banyak orang yang beranggapan bahwa bekerja di tk itu mudah. haha..dulu aku juga berfikir begitu sih.. hanya bermain bersama anak-anak. tapi kini aku punya tujuan lain. ya. aku ingin belajar parenting. cara mendidik anak dengan baik, apalagi usia 4-6 termasuk dalam kriteria golden age. usia dimana anak-anak membentuk karakter dan mental yang akan menunjangnya ketika dewasa nanti. usia dimana mereka meniru,merekam dan mencatat banyak hal, terutama dari orang disekeliling mereka. namun, banyak orang tua yang beranggapan untuk menitipkan anaknya di sekolah-sekolah favorit yang ‘fullday school’. padahal “rumah” justru menjadi tempat pendidikan yang lebih utama dibandingkan dengan sekolah. “Rumah” menyumbang pertumbuhan karakter anak sebesar 70% dan sekolah hanya 30%. tidak salah juga jika banyak orangtua yang memilih sekolah terbaik untuk anaknya agar mendukung proses sebesar 30%. namun anak sampai usia dewasapun tetap menjadi tanggung jawab kedua orang tua mereka.
e maap jadi curhat.

yap. bersambung ke cerita tadi. aku pasrah. kemudian di kelas. aku masih memperhatikan kedua anak itu dan mendekati mereka yang memang selalu senang ‘berulah’. hehe.
jika robi tak mau diam. aku sering duduk disebelahnya dan memeluknya kemudian bilang “robi, ibu tau sbenernya kamu anak baik,soleh dan pinter..” sambil tersenyum.

tidak ada yang sia-sa dengan apa yang kita tanam. itu kata pepatah. ya. jika yang kita tanam adalah kebaikan, maka akan berbuah kebaikan juga.
besoknya,
rafi menghampiriku sambil melihat dan mendekatiku dengn manja..
“bunda kok ngajarnya di kelompoknya sana siih.. kenapa gitu?”
“iya, hehe ..rafi yang baik ya belajarnya sama bunda yang baru..”
rafi masih menatapku.. ciee.. kangen kali ya..haha

beda cerita dengan robi..
pulang sekolah aku menghampirinya..dan membantu memakaikan sepatu..
saat itu bunda guru yang lain memanggilku..
“bunda alnis, dipanggil sama mamahnya robi..” teriak bunda rosi sambil senya-senyum
“eh, iya adaapa bunda?” tanyaku
“kata robi, bunda alnis itu baik, gapernah marah, seneng sama bunda alnis..hihihi” kata mama robi sambil ketawa

aku langsung salting.
wah. baru kali ini dipuji begitu sampai rasanya seneng banget. he.

anak kecil. kalo diceritain emang ga akan ada habisnya. selalu ada yang unik dari berbagai macam karakter yang dimilikinya. mereka itu jujur apa adanya.

sabar dan syukur


Allah berikan kita ujian, sebagai pembuktian apakah kita orang beriman
diantaranya terdapat sabar dan syukur menjadi kekuatan manusia
sabar dan syukur tak dapat dipisahkan
setara bagai pundak kanan dan kiri sebagai tempat bersandar
mereka menjadi sama dalam kondisi berbeda
atau berbeda dalam kondisi yang sama

Umar bin Khatab ra pernah berkata : “andaikata sabar dan syukur itu adalah dua kuda tungangan, maka aku tak peduli mana saja diantara keduanya yang aku tungangi.”

ketika ujian musibah datang, sabar menjadi tunggangan
ketika ujian kelapangan datang, syukur menjadi pegangan
namun tahukah dirimu sahabat?
malaikat memuji manusia yang bersabar
karena mereka makhluk yang penuh rasa syukur terhadap Rabbnya
melihat manusia yang bersabar , malaikat takjub
“Wahai fulan, betapa sabarnya engkau ! ”

ya, manusia memang paling mudah bersabar dengan kata ajaibnya..
“untunglah…”
“untunglah cuma dicuri hape, yang penting diri sendiri masih selamat..”
“untunglah cuma ga makan siang.. besok2 buat ngirit masih bisa puasa..”

namun ketika manusia bergelimang kenikmatan?
kebanyakan manusia lupa dalam mengingat Allah
memang seringkali begitu ya,
kita lebih sering mendekat padaNya, disaat susah
disaat senang?
masihkah kita jauh lebih sering ingat pada Allah?
atau hanya sesekali?

sabar atau syukur kah yang pahalanya lebih besar?
ketika nabi ayub as. diuji dengan kesabaranya
dan nabi sulaiman as. diuji dengan kesyukuranya
terdapat kisah dalam surat shad
Allah memuji keduanya dengan “sebaik-baik hamba adalah yang taat kepada tuhannya”

sabar dan syukur

mereka sama dan serupa

catatan #MJN

Jangka panjang


namanya andi, terkenal dengan sebutan ‘si pembawa botol’ di komplek ini. kegiatan yang selalu ia lakukan selama bertahun-tahun ini adalah tak bisa lepas dari membawa botol minuman beralkohol kemudian berkeliling komplek, dan tentu saja, sering sekali melewati mesjid. orang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ketika berpapasan dengannya.

dalam prolog cerita ini. barangkali yang kita pikirkan pada umumnya adalah “itu orang udah mentok dosanya,ga ketolong, suul khatimah ini mah”

mudah putus asa. ya. barangkali begitu mental muslim saat ini.

namun, tak berarti yang harus kita lakukan pada saat itu adalah menyeretnya masuk ke dalam mesjid, menyiramnya dengan air wudhu dan menyuruhnya solat taubat. *bisa2 tu botol kena kepala kita*

ingatlah bahwa, seburuk apapun akhlak seseorang. jangan pernah ber putus asa terhadapnya. dia pasti bisa berubah. yakini hal tersebut. Allah saja selalu memberikan kesempatan dan maaf, mengapa kita yang harus ber-putus asa terlebih dahulu?

suatu saat ketika andi melewati mesjid lagi dengan setengah sadar, seorang ustad menghampirinya dan bertanya namanya, kemudian bergumam “ku doa’kan semoga engkau menjadi ahli mesjid ini, dan meneruskan dakwah kami”

nah, inilah dakwah jangka panjang.
cara yang paling efektif adalah dengan mendoa’kan.

teringat doa’ nabi ibrahim as yang meminta seorang rasul dari keturunannya untuk berdakwah di kalangannya sendiri. doa’ ibrahim as terkabul. ratusan tahun kemudian, Muhammad saw lahir, tapi tak hanya berdakwah di kalangannya sendiri namun melewati jazirah arab dan menguasai 3 benua.

parameter kesuksesan sebuah doa’ bukan dilihat dari jangka waktu terkabulnya doa’ tersebut. namun, Allah pasti mengabulkan doa’ kita dan memberikan yang terbaik.

begitu pula doa’ sang ustad. terkabul. kini andi masih membawa botol minuman dan berkeliling komplek, ya. botol galon minuman air mineral. karena iasekarang bekerja sebagai ‘pengantar air minum’ dan tentu saja ia sudah bertaubat dan menjadi ahli mesjid.

nah, jika ada di sekitar kita, orang2 yang berakhlak buruk yang mudah sekali kita berputus asa pada saat melihatnya. mari kita doa’kan !

Bisa dilatih


dengki bisa dilatih dengan cara berburuk sangka, mencari-cari aib, dan bergunjing. yang ini ,tentu kita tahu bahwa semuanya bisa memusnahkan amal kebaikan. maka hati-hati. terhadap sesama muslim, sering kali kita tak sengaja melakukan hal-hal seperti itu untuk hal sekecil apapun. bahkan yang ga penting buat kita. hati2 jg yg suka kepo, bisa berujung yg ga baik…

dengki yang menyengsarakan hati bisa dilatih dengan cara membanding-bandingkan dan menganggap segalanya harus dimenangkan.

tamak bisa dilatih dengan menganggap semua nikmat adalah hak . bukan karunia.

kesombongan bisa dilatih dengan mencintai sambutan, tepuk tangan dan pujian.

semua hal yang bisa memperbesar keburukan ini gampang banget dilakukan, dengan cara menganggapnya kecil. bukan dosa besar.

catatan ust salim a fillah

Kisah Inpiratif Seorang “Professional House Wife”


Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kalian search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Bukan, dia bukan seorang pejuang emansipasi wanita yang mengejar kesetaraan gender lalala itu. Bukan.

Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Dalam sesi itu, beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream. It’s like I’m watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.
Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran.

Akhirnya beliaupun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah. Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren?

Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitupun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?

Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.
Ara, anak ke-2. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.

Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!
Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20? :0 Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.

Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:

1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan

2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.

3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.

4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.

5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!

6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai

7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya.

8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.

9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta

10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.

11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya.

Daaaan masih banyak lagi. Teman-teman yang tertarik bisa kepo twitter ibu @septipw atau gabung dan ikut kuliah online tentang keiburumahtanggaan di ibuprofesional.com.

Hhhhmmm. Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most presticious career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.

Setelah mengikuti sesi tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk?

Wallahualambisshawab. Semoga ada yang bisa diambil pelajaran. (http://dakwahmedia.com/}

Ketika Anak Bertanya Tentang Allah


Allah itu Siapa?
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe).

Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH. Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Tanya 2: “Bu, Bentuk Allahitu seperti apa?”
Tanya 3: “Bu, Kenapa kita gak bisa lihat Allah?”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Tanya 5: “Bu, Kenapa kita harus nyembah Allah?”

Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Jawablah:
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini:
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini:
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)
[baca juga Melihat Tuhan]

Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?“
Jangan jawab begini:
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Al-Hadid (57) : 3

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ (١٦) مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ (١٧)

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17)
{ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}

Jawablah begini:
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris)
“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”

Atau bisa juga beri jawaban:
“Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.”

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”

Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.”
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip “Allahu Akbar” itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۚ
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <– Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.

Juga jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini:
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
[baca juga Mulai Saat Ini Jangan Sebut-sebut Lagi Yang Di Atas]

“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.(Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡ‌ۚ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

“Allah sering lho bicara sama kita..misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini:
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”

“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini:
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru.”
(Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
[baca juga Mengapa Allah Menciptakan Makhluk?]

Katakan juga pada anak:

“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?!” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

“Kenapa, Bu?”

“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”

Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).

Allahu a’lam.

sumber : “ Mutiara Hikmah “

#Aqidah


1. sebelum masuk ke segmen berikut, jangan khawatir bagi yang udah sering ‘ngulik’ tentang makna #Aqidah ini, *takutnya bosen* :p . karena mungkin kata2 #Aqidah ini udah sering kita denger dari jaman SD di pelajaran agama.. hehe.. kita ulas dengan versi ringannya yaa..
2. apasih #Aqidah ? #Aqidah ini lebih sering kita ketahui dengan sebutan iman atau keyakinan. iman islam yang sedang kita jalani ini sudah sampai tingkatan mana ya? apa bener nih kita sudah bener2 yakin sama islam sebagai agama kita?hmm..
3. ada 3 tingkatan tentang yakin : yang pertama kita yakin karena ilmu, kita mengenal islam dari bacaan, pengetahuan dari orangtua atau guru yang mengajarkan kita, dan mungkin dari orang2 disekeliling kita. cukup dengan ilmu saja? apakah kita sudah yakin dengan islam sebagai agama kita dengan berbekal ilmu? *tingting..
4. yang kedua adalah yakin karena melihat, berbagai ilmu dan informasi tentang islam telah kita baca dan ketahui, lalu kita selama ini melihat secara langsung bagaimana pemeluk islam, atau bagaimana tatacara sholat dan puasa. dengan melihat kita akan semakin paham 🙂
5. kemudian tingkatan yakin yang ketiga adalah yakin karena kebenaran. artinya memang kita melakukan secara langsung ibadah2 yang di lakukan umat islam. maka kita akan semakin yakin bahwa : “oh, ini ya islam” 🙂
6. kemudian ada pengelompokan manusia dalam #Aqidah : yang pertama adalah manusia yang menerima #Aqidah karena ‘Talqin’ atau tradisi. artinya berupa #Aqidah yang diturunkan, inilah mungkin fenomena yang sering terjadi disekitar kita. nah jika kita menerima #Aqidah hanya karena sebatas tradisi maka seringkali kita bimbang dan ragu karena kurang tahu..
7. kemudian yang kedua adalah pengelompokan manusia yang menganalisis dan #berfikir 🙂 . yang masuk islam itu beneran cerdas deh ! karena islam mengajarkan kita untuk berfikir, bukan fanatisme terhadap agama. dari ilmu2 tentang islam yang telah kita dapat, sewajarnya kita perlu menganalisa dan berfikir untuk mencari tahu kebenaran dari ilmu tersebut. islam sama sekali tidak pernah menentang akal. jika selama ini masih banyak pertanyaan2 tentang islam mengapa syari’atnya begini dan begitu mari kita #berfikir :D. muslim itu cerdas karena selalu dituntut untuk #berfikir.
8. pengelompokan manusia yang selanjutnya adalah manusia yang selalu taat kepada Allah dan menjalankan perintahNya. kita buka Qur’an yuk QS 47:17. inti dari ayat tersebut adalah mengejar hidayah Allah swt. orang2 yang mencari kebenaran maka Allah akan berikan petunjuk kepada mereka. hidayah kita harus cari, tidak hanya taqlida dan menerima saja, mari kita #berfikir dan menemukan sesuatu 😀
9. #Aqidah secara bahasa dapat diartikan sebagai Tali, Ikatan, Perjanjian dan Komitmen hati.
10. menurut QS Ali imran :103, #Aqidah adalah Tali Allah. jika kita telah memeluk agama islam, maka hati kita telah ‘diikat’ oleh Allah. sedangkan orang yang tidak mempunyai #Aqidah hatinya juga diikat… oleh siapa cobaaa?? oleh hawa nafsunya sendiri..
11. “ya Allah hanya Engkau yang patut memenjarakan dan mengikat hatiku..” #gombalsholihah
12. ngomong2 soal ‘diikat’ kalo ikatan itu kesannya ga bebas yaaa..banyak aturan dan banyak larangan.. Muslim terpenjara..
13. justru muslim itu BEBAS dan MERDEKA !!! yap. BEBAS dari penyembahan terhadap makhluk menuju penyembahan terhadap Allah swt.
14. maka, #Aqidah merupakan perkara yang wajib dibenarkan oleh hati, dan jiwa kita menjadi tentram karenanya, menjadi keyakinan dalam diri, tidak dicampuri oleh keraguan dan kebimbangan..
15. Semoga bermanfaaaaaat… semakin mantap yaaa #Aqidah nyaaa 😀

dinamika organisasi


dinamika dalam organisasi itu sangat bagus terutama untuk perkembangan organisasi itu sendiri, makin besar dinamika (terutama dari pihak luar) maka akan semakin kuat keutuhan internal organisasi tersebut.
dinamika dalam organisasi disini saya temukan di himpunan.

himpunan kimia unpad, dinamika ini lebih sering ditemukan terutama ketika ‘berurusan’ dengan yang namanya ‘Alumni’. entah kenapa ya, alhamdulillah sekali para alumni kita ini bener2 masih banyaaak banget yang peduli sama himpunan, harus berterimakasih kepada kakak-kakak alumni yang telah mendidik mabim mereka dengan baik. sehingga masih peduli sama adik-adiknya sampai sekarang. dinamika yang bersinggungan dengan para alumni ini sangat kuat, apalagi sama adik-adik pengurus, kalo ada urusan apa2 pasti langsung manggil “mana nih pengurusnyaaa” *kesian* >. <

hari ini saya baca di grup lagi rame bahas makrab. ributnya ampe tumpeh tumpeh gegara di ganti jadi HARI KEAKRABAN.. ada yang salah dengan siang hari?.

lucunnya,selalu diributkan karena penentuan waktu, siang atau malam. ga makrab ga mabim. sama aja,pembahasannya antara siang atau malam.saya masih inget jawaban yang saya dapatkan dari kakak-kakak saya ini, ketika pada saat mabim pelantikan ada pertanyaan :

kenapa pelantikan harus malam ?  jawabannya “karena malam lebih berkesan”

@.@

berkesan karena ada bulan dan bintang. kali.

jujur aja, 4 tahun di kimia ngadain kimseh dan makrab, kaga pernah dateng makrabnya. yah, prinsip. saya ga suka keluar malem, nongkrong nonton sama temen2, atau ada mungkin yang diem dipojok ngerokok/pacaran. kalo saya ada ditempat itu. bukan saya.

saya harap lebih terbuka pemikirannya untuk alasan2 kenapa harus malem dsb, coba pikirkan pihak atau kalangan lain juga yang ga bisa dateng trus ujungujungnya dicap “ANEH” sama orang2 gegara ga dateng. #okesip.
intinya, mas mba… maaf saya ga pernah ngerti kenapa kalian selalu ingin acara tersebut diadakan malam hari.. (dan tolong dengan alasan yang jelas, masa pas pelantikan bilangnya : “alumni ga ada yang bisa dateng siang” saya : ALUMNI YANG MANA YAAA? *greget).
kemudian, setau saya ya, selama tidak melanggar AD/ART dan masih tetep dapet esensi dari penyelenggaraan acara tersebut, its fine.. ga ada masalah.. kita ingin himpunan maju dengan mencoba hal yang baru, tidak menutup kemungkinan acara diganti jadi siang hari kalau hal itu menyebabkan jadi banyak yang dateng dan lebih baik dari sebelumnya.
terus ya, dimana2 esensi itu datang bersamaan dengan konsep kegiatan.. jadi gini kalo antum semua para alumni ingin mengedepankan esensi : esensi (tujuan kegiatan) —-> konsep acara —-> teknis lapangan
nah, saya bingung duluuu waktu disuruh ngonsep ya kebanyakan ‘mereka’ itu nyuruh kita ngonsep dulu baru deh ditanya “apa esensi dari konsep ini? “, baaaah ko kebalik2…. yah kalo kita udah punya tujuan/esensi bebas kita mau ngonsep kaya gimana dan teknisnya seperti apa ( asalkan tidak melanggar AD/ART). yang penting esensinya masih ada, ketara, kaga ilang.

balik lagi, pasti ‘mereka’ itu langsung mempertahankan TRADISI.. jawabannya pasti.. ” kan kalo DULU angkatan kita seperti ini karena seperti ini bla bla..” sampai akhirnya kita secara tidak sadar ‘dipaksa’ mengikuti tradisi mereka.
“kami peduli sama himpunan”

punten, yah kalo peduli mah atuh jangan mikirin pendapat sendiri atuh, liat keadaan para pengurus, adik2nya seperti apa, lingkungan kimia udah seperti apa, kondisi birokrasi kaya gimana.. kita dukung apapun keputusan panitia yang menjalankan, yang memudahkan mereka, bukan malah mempersulit dengan alasan TRADISI. mempertahankan dari tahun ke tahun.

menurut saya tradisi ‘baik’ boleh diubah ga? boleh banget ! ubah menjadi lebih baik untuk kondisi semua orang pastinya.
dalam organisasi kita bebas merubah apapun menjadi sesuai kondisi kita. untuk kita dan himpunan yang lebih baik. karena kita sendiri yang membuat dan menjalani, jadi cocokan saja dengan orang-orang yang berada dalam lingkup organisasi tersebut.

*beda ya kalo tentang agama, kalo ngubah2 seenaknya sendiri itu baru ga boleh, karena yang menciptakan kita Allah jadi kita harus ikut aturanNya Allah karena Allah yang paling tau yang terbaik yang harus kita patuhi dan jalani..

jadi brutal di blog sendiri, karena kalo komen di grup pasti ga sopan, paling juga di keplak ama orang2 -_- #WANITACEMEN
bae ahh…
hahaha…